Luar Negeri
Segera ke Taiwan, Mahasiswa Penerima Beasiswa ICDF Dapat Pengarahan TETO

Release SMSI Pusat –
JAKARTA, MLCI – Kantor Perdagangan dan Ekonomi Taipei (TETO) di Indonesia mengadakan pengarahan kepada para mahasiswa penerima Program Beasiswa Pendidikan Tinggi Internasional Dana Pembangunan dan Kerjasama Internasional Taiwan (ICDF) yang akan segera berangkat ke Taiwan.
Siaran pers TETO di Jakarta, Jumat 23 Agustus 2024 menyebutkan, acara yang berlangsung pada 20 Agustus 2024 itu dibuka secara resmi oleh Kepala Perwakilan TETO di Indonesia, John Chen.
Pada kesempatan itu John Chen mewakili Kementerian Luar Negeri Taiwan juga menyerahkan beasiswa pendidikan tinggi tersebut secara simbolis kepada sembilan mahasiswa Indonesia yang berhasil meraih beasiswa tersebut pada tahun ini.
John Chen menyampaikan pidato ucapan selamat kepada para mahasiswa yang berhasil meraih beasiswa penuh dari Taiwan ICDF dan mendorong mereka untuk memanfaatkan kesempatan belajar dengan baik di Taiwan.
Para mahasiswa, lanjutnya, juga perlu melakukan perjalanan ke berbagai daerah di Taiwan untuk merasakan adat istiadat dan kebudayaan Taiwan, serta bergabung dengan organisasi kemahasiswaan di universitas dan asosiasi alumni Taiwan di berbagai platform media sosial.
John Chen berharap, setelah lulus nanti, baik yang tetap tinggal di Taiwan maupun yang kembali ke Indonesia, para mahasiswa dapat terus saling berhubungan dan menjadi jembatan penting dalam mempromosikan pertukaran dan kerjasama bilateral antara Taiwan dan Indonesia.
Disebutkan, pada tahun ini terdapat sembilan mahasiswa penerima beasiswa yang akan masuk ke National Taipei University, National Chung Cheng University, National Central University, National Sun Yat-sen University, National Cheng Kung University, dan National Pingtung University.
Mereka akan menempuh pendidikan Magister (S2) dan Doktoral (S3) di berbagai bidang profesional seperti pertanian, teknik mesin, manajemen penanggulangan bencana, perencanaan wilayah dan tata kota, serta bidang pendidikan dengan keseluruhan pembelajaran dibawakan dalam Bahasa Inggris.
Pengarahan kali ini diharapkan dapat membantu para mahasiswa penerima beasiswa dari Indonesia untuk mempersiapkan diri sebelum berangkat ke Taiwan. Pada kesempatan itu juga dijelaskan semua peraturan terkait beasiswa, dinamisme belajar di Taiwan, dan pedoman keselamatan selama mereka berada di Taiwan.
Saat ini terdapat lebih dari 16.000 mahasiswa Indonesia yang sedang menempuh pendidikan di Taiwan, menjadikan Indonesia sebagai negara dengan jumlah mahasiswa terbanyak kedua di Taiwan.
Banyak mahasiswa penerima beasiswa yang setelah lulus dan kembali ke Indonesia menjadi semakin berprestasi dan menjadi sahabat yang mendukung Taiwan di kancah internasional.
Disebutkan pula, TETO di Indonesia akan terus mendorong pelajar Indonesia untuk menempuh pendidikan di Taiwan, mempromosikan pendidikan Bahasa Mandarin ke seluruh dunia, dan menyediakan beasiswa untuk menempuh pendidikan Sarjana (S1), Magister (S2) maupun Doktoral (S3) di Taiwan. Taiwan menyambut baik mahasiswa Indonesia berprestasi untuk mendaftarkan diri agar mendapat kesempatan belajar di Taiwan.***
Luar Negeri
Aksi Global Sumud Flotilla di Tunisia, Relawan AWG Disambut Hangat

TUNISIA, MLCI – Dukungan Indonesia untuk Palestina kembali menggema di panggung internasional sebagaimana tampak ketika perwakilan Aqsa Working Group (AWG) Farid Al-Ayubi berorasi dalam aksi solidaritas Global Sumud Flotilla di Masroh Al-Baladi, pusat kota Tunisia pada 31 Agustus 2025.
Siaran pers Lembaga Ke-Palestinaan AWG, Selasa (2/8) menyebutkan bahwa Farid dalam orasinya menegaskan sikap rakyat Indonesia untuk mendukung penuh Global Sumud Flotilla yang akan berlayar menembus blokade Gaza pada 4 September dan diperkirakan tiba di Gaza sekitar 14-15 September 2025.
“Kami dari Indonesia. Kami datang ke sini untuk mendukung Global Sumud Flotilla membuka blokade Gaza. Semoga Allah memudahkan keberangkatan kita agar bantuan kemanusiaan bisa langsung sampai kepada rakyat Gaza,” ujar Farid dengan lantang.
Orasi Farid mendapat sambutan meriah dari peserta aksi. Saat ia menyebut datang dari Indonesia, para peserta sontak memberikan tepuk tangan dan menunjukkan antusiasme luar biasa. Ia juga memimpin yel-yel “Al-Aqsa Haqquna!” yang dijawab lantang oleh ribuan suara, menegaskan hak umat Islam atas Masjid Al-Aqsa.
Setelah turun dari podium, Farid langsung dikerumuni aktivis dari Tunisia, Maroko, dan Qatar. Mereka bersalaman, berpelukan, serta menyampaikan rasa hormat atas kehadiran delegasi Indonesia melalui AWG. Sambutan hangat para aktivis itu menjadi bukti kuatnya solidaritas lintas bangsa dalam upaya memperjuangkan kemerdekaan Palestina.
Para aktivis dari berbagai negara itu menyerukan penghentian genosida di Gaza dan mendesak dibukanya blokade ilegal yang dilakukan Zionis Israel sejak 2007 dan semakin memburuk sejak agresi brutal Zionis Israel pada 7 Oktober 2023.
Global Sumud Flotilla itu sendiri terdiri dari lebih dari 70 kapal, mulai dari kapal penumpang besar hingga perahu nelayan. Armada berangkat dari Spanyol pada 31 Agustus, kemudian akan disusul dengan keberangkatan dari Tunisia dan berbagai pelabuhan lain pada 4 September 2025.
Partisipasi datang dari 44 negara di enam benua dengan lebih dari 6.000 aktivis termasuk dari Indonesia, Malaysia, AS, Brasil, Italia, Maroko, Sri Lanka, Tunisia, Belanda, Kolombia, dan puluhan negara lainnya. Flotilla ini merupakan kolaborasi empat koalisi besar: Maghreb Sumud Flotilla, Global Movement to Gaza, Freedom Flotilla Coalition, dan Sumud Nusantara.
Adapun kata “Sumud” berasal dari bahasa Arab yang berarti keteguhan (steadfastness), sebuah konsep yang mengakar dalam perjuangan rakyat Palestina. Melalui Global Sumud Flotilla, keteguhan rakyat Gaza disambungkan dengan solidaritas global lintas negara, ras, dan agama.
Disebutkan, kehadiran AWG dengan mengirimkan empat relawan terbaiknya pada Global Sumud Flotilla semakin meneguhkan posisi bangsa Indonesia di garda depan solidaritas internasional untuk Kemerdekaan Palestina.
AWG itu sendiri adalah suatu lembaga yang dibentuk guna mewadahi dan mengelola upaya kaum Muslimin bagi pembebasan Masjid Al-Aqsa dan membantu perjuangan bagi kemerdekaan Palestina. AWG didirikan oleh komponen umat pada Konferensi Internasional Al-Aqsa yang digelar di Wisma Antara Jakarta pada 21 Agustus 2008.*** (SMSI Pusat)
Luar Negeri
Paviliun Indonesia Di Expo 2025 Osaka Cetak Rekor Pengunjung Harian Tertinggi

JEPANG, MLCI – Paviliun Indonesia di Expo 2025 Osaka mencatat pencapaian luar biasa dengan rekor kunjungan tertinggi pada 13 Agustus 2025, yakni 30.580 pengunjung dalam satu hari. Angka ini mendorong total kunjungan menjadi 1.906.296 pengunjung sejak pembukaan pada April 2025, atau mencapai 68% dari target 2,8 juta pengunjung. Jumat (15/8)
Total pengunjung selama penyelenggaraan Expo 2025 Osaka ditargetkan mencapai 28 juta orang. Paviliun Indonesia bersiap menyambut pengunjung yang ke-2 juta dalam waktu dekat.
“Antusiasme yang luar biasa ini menjadi bukti bahwa dunia ingin mengenal lebih dekat negara Indonesia, mengetahui budaya hingga menjajaki potensi kerja sama di masa depan,” ungkap Direktur Paviliun Indonesia Rahmat Mulianda di Expo 2025 Osaka dalam rilis yang diterima Serikat Media Siber Indonesia (SMSI).
Paviliun Indonesia mengangkat tema “Thriving in Harmony: Nature, Culture, Future” yang terinspirasi dari Tri Hita Karana, nilai luhur yang menekankan harmoni antara manusia, alam, dan Sang Pencipta.
Kementerian PPN/Bappenas sebagai penanggung jawab memastikan paviliun ini menjadi etalase potensi pariwisata, perdagangan, dan investasi Indonesia. Selain membawa pengunjung menyusuri tiga area utama: Nature, Culture, dan Future, Paviliun Indonesia juga menyelenggarakan banyak business forum, business matching, dan menampilkan beragam produk kriya, fesyen, serta atraksi seni musik dan tari setiap harinya.
Dari April hingga Agustus, Paviliun Indonesia menjadi panggung strategis untuk diplomasi ekonomi dan investasi. Hingga pertengahan Agustus, telah terselenggara 51 Kegiatan Business Forum dan One on One Meeting yang melibatkan investor, pelaku industri, dan pemerintah dari berbagai negara dengan hasil 9 MoU, 9 LoI, 1 Joint Venture Agreement, dan 1 Joint Statement, dengan komitmen investasi senilai USD 23,5 miliar di sektor berkelanjutan, industri hijau, ekonomi kreatif, perdagangan, pengelolaan limbah, dan pariwisata.
Pencapaian ini adalah hasil kerja sama seluruh pihak. Beberapa mitra strategis yang telah mendukung antara lain Astra, Artha Graha Peduli, KAPPI, Pertamina, Barito Pacific Group, Royal Golden Eagle (RGE), Indofood, Japfa, BPDP, Garuda Indonesia, serta kementerian/lembaga dan pemerintah daerah.
Bekerja sama dengan berbagai pihak tersebut, Kementerian PPN/Bappenas berkomitmen untuk memberikan yang terbaik dan menghasilkan dampak yang lebih besar hingga penutupan Expo 2025 Osaka pada 13 Oktober 2025 mendatang.
“Kami optimis dapat melampaui target kunjungan dan investasi yang ditetapkan. Paviliun Indonesia akan terus menghadirkan pengalaman yang berkesan dan citra positif Indonesia di mata dunia,” pungkas Direktur Rahmat Mulianda.*** (SMSI Pusat)
Luar Negeri
Karya Sutradara Martin Rustandi Tayang di TaiwanPlus

TAIPEI, MLCI – Sutradara Indonesia-Taiwan, Martin Rustandi, dengan dukungan dari Kantor Dagang dan Ekonomi Indonesia di Taipei (KDEI-Taipei) mulai menayangkan perdana seri mini-dokumenter terbarunya “Not Far From Home” pada 21 Januari 2025 pukul 06.00 sore melalui channel TV lokal TaiwanPlus.
Keterangan pers Radio Taiwan International (RTI), Selasa (28/1/2025) menyebutkan, pada 23 Januari 2025, KDEI-Taipei juga secara khusus menggelar Konferensi Pers “Not Far From Home” di ruang Indonesia Exhibition Centre kantor KDEI-Taipei lantai 1, pukul 11:00 waktu setempat.
Kegiatan tersebut dihadiri oleh banyak tamu undangan, termasuk perwakilan MOL (Kementerian Ketenagakerjaan Taiwan), Wakil Kepala Kantor Urusan Imigran Baru DPP, pimpinan channel TV TaiwanPlus, produser film, para pemeran dalam masing-masing episode, media lokal Taiwan, dan komunitas Indonesia setempat.
Kepala KDEI-Taipei, Arif Sulistiyo dalam kata sambutannya pada konferensi pers menyampaikan apresiasi terkait hadirnya film yang dibuat oleh sutradara asal Indonesia di Taiwan, Martin Rustandi.
“Ini tidak semata sebuah karya seni, namun juga menjadi bentuk dukungan kepedulian terhadap keberadaan masyarakat Indonesia di Taiwan yang telah turut berkontribusi bagi perekonomian Taiwan dan Indonesia,” ujarnya.
Film ini, lanjutnya, memberikan perspektif yang berbeda bagi masyarakat Taiwan tentang Indonesia yang mana turut menekankan pentingnya toleransi dan kerjasama antar komunitas.
Adapun episode 1 film ini bertajuk “Sally’s Taste” dan telah ditayangkan di Saluran TV TaiwanPlus. Film ini mengggambarkan sebuah kisah tentang makanan Indonesia yang dibawa ke Taiwan, termasuk bumbu dan rempah-rempah asal Indonesia.
Film dokumenter ini sangat menyentuh hati para penonton, dan bagi yang berminat masih dapat menikmatinya di situs dan akun YouTube “TaiwanPlus”.
Produser Film Diana Chiawen Lee menyampaikan, tatkala menceritakan sebuah kisah, akan menjadi sangat unik jika isinya adalah tentang kisah hidup imigran asal Indonesia di Taiwan.
Film dokumenter tersebut akan ditayangkan setiap Selasa sejak 21 Januari 2025 dengan tajuk Sally’s Taste, kemudian pada 28 Januari bertajuk Melati’s Moves. Tiga episode berikutnya, masing-masing bertajuk: Nita’s Voice, Pindy’s Craft dan Ela & Rick’s Journey.
Keseruan ala Indonesia
Dalam konferensi pers, awak media disuguhkan tayangan di tempat untuk episode 2 yang bertajuk Melati’s Move, yaitu kisah tentang seorang guru tari tradisional Indonesia, Melati, yang kini adalah guru tari di Taipei National University of Art (TNUA).
Pengambilan syuting dan editing dibuat sangat elegan dengan nilai seni kontemporer tinggi, yang menjadikannya berbeda dengan film dokumenter pada umumnya.
Selain itu, sutradara Martin Rustandi tidak lupa memasukkan “Keseruan ala Indonesia” yang terlihat asing dan ditampilkan dari imigran asal Indonesia di Taiwan dengan editing yang mendetail, termasuk latar lagu suara yang sarat suara gamelan kuno terpadu modern.
Pemain utama dalam episode Melati’s Move, Ibu Melati, menyoroti bahwa para penari yang terlihat di atas pentas panggung mayoritas serba otodidak. Panggung kegiatan diibaratkan sebuah “Rumah” yang bagi para Pekerja Migran Indonesia (PMI) dijadikan sebagai sebuah “Tujuan lokasi”.
Mereka yang tertarik untuk pentas akan rela menyediakan waktu untuk belajar menari tarian yang mungkin tidak pernah disaksikan saat mereka berada di Indonesia.
Saat Melati memberikan masukan tentang tarian tradisional, keterikatan Melati dengan para PMI yang belajar menari pun terbentuk, dimana tali silahturahmi antar WNI di Taiwan terus bergulir cepat seirama dengan jalannya waktu.
Ada asa ada rasa, paduan unik suka duka dan ragam cerita latar belakang imigran Indonesia di Taiwan, dimana Melati menyebutkan bahwa tarian sangat mudah untuk dikembangkan, hanya melalui sebuah gerakan, dan ini akan memberikan efek besar dalam bidang pengembangan diri dan sosial masyarakat.
“Namun sayangnya, sebegitu kegiatan pentas digelar dan selesai, maka selesai pula ‘Rumah’ imigran Indonesia tersebut, dan para PMI akan berlanjut bertemu di ‘Rumah’ lainnya di masa yang akan datang,” ujar Melati.
Menurut Martin Rustandi, mini seri lima episode ini menyajikan eksplorasi yang penuh makna tentang pengalaman imigran Indonesia di Taiwan dan memberikan perspektif baru terhadap cerita-cerita imigran.
“Proyek ini sangat personal bagi saya sebagai seorang imigran sekaligus Sutradara. Tujuan saya adalah mengangkat suara-suara yang seringkali terabaikan. Lewat kisah-kisah ini, saya berharap dapat menumbuhkan pemahaman dan apresiasi yang lebih besar terhadap kontribusi tak ternilai dari para imigran Indonesia bagi masyarakat Taiwan,” tuturnya.
Dalam konferensi pers, Sutradara Martin juga menyampaikan rasa terima kasih khusus kepada Melati, dengan alasan bahwa kisah Melati adalah kisah perdana yang disyuting, juga menjadi syutingan terakhir dalam seri mini dokumenter tersebut.
Hal ini dikarenakan di tengah masa penyutingan Melati’s Move, ayahanda Melati yang berada di Indonesia dikabarkan meninggal dunia, dan penyutingan terakhir untuk seri mini dokumenter tersebut adalah syuting bagian akhir epidose Melati’s Move usai Melati kembali ke Taiwan.
Martin menyampaikan, tak kenal maka tak sayang. Dalam seri mini dokumenter ada unsur tarik ulur untuk emosi hati di antara selang masa dulu dan kini. Selain itu untuk dapat mengenal hingga menerima keragaman struktur masyarakat sangat dibutuhkan adanya unsur toleransi antar semua pihak dalam kehidupan manusia.
Diharapkan seri mini dokumenter “Not Far From Home” mampu menjadi jembatan pengenalan masyarakat dan pertukaran kebudayaan Indonesia di Taiwan. Film ini menyoroti pengalaman imigran asal Indonesia di Taiwan yang penuh warna, namun seringkali luput dari perhatian publik.
Serial ini menggambarkan perjalanan hidup mereka yang penuh transformasi, mulai dari menghadapi tantangan hingga meraih harapan serta menyoroti perjuangan mereka dalam menggapai mimpi, beradaptasi secara budaya, dan membangun kehidupan baru di tanah Taiwan yang mereka anggap sebagai rumah kedua.*** Sumber SMSI Pusat
-
Hukum & Kriminal5 tahun ago
4 Pria dan 1 Wanita Terduga Pelaku Narkoba Diringkus Polres Lahat
-
Hukum & Kriminal5 tahun ago
Team Tiger Polres Lahat Kembali Tangkap Terduga Pembunuhan
-
Hukum & Kriminal5 tahun ago
Dua Pasal Hukum, Dodo Arman Ditangkap Kasat Reskrim Polres Lahat
-
Peristiwa4 tahun ago
Pelajar Alami Kecelakaan di Perlintasan Kereta Api Depan SMKN 2 Lahat
-
Hukum & Kriminal5 tahun ago
Hampir Dua Bulan Buron, Pembacok Diciduk Tim Satreskrim Polres Lahat
-
Hukum & Kriminal5 tahun ago
Komplotan Pelaku Narkoba Lahat Tengah Berhasil Ditangkap Polres Lahat
-
Hukum & Kriminal4 tahun ago
Langgar Aturan, Oknum Polres Lahat Diberhentikan Tidak Hormat
-
Hukum & Kriminal5 tahun ago
Soal Pembunuhan di Kikim Tengah, Pengacara Korban Angkat Bicara