Kabupaten Lahat

Dinas Kesehatan, “88 Orang Terinfeksi HIV di Kabupaten Lahat Mayoritas Usia Muda”

Published

on

LAHAT SUMSEL, MLCI – Hingga pertengahan tahun 2025 ini sebanyak 88 orang tercatat di Dinas Kesehatan Kabupaten Lahat terinfeksi virus HIV yang mayoritas pengidap merupakan kalangan usia produktif, yakni rentang usia 20 hingga 30 tahun.

“Dari total 88 kasus yang kami data, sebagian besar berada di usia produktif dan juga terdapat anak-anak yang terinfeksi, bahkan ada yang berusia di bawah 20 tahun,” jelas Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Lahat, Aiwa Marlina, kepada awak media. Rabu (25/6).

Ditambahkannya, dari segi jenis kelamin, jumlah penderita didominasi laki-laki, yakni 68 orang, sementara 20 lainnya perempuan.

“Persebaran ini juga menjadi perhatian serius karena HIV tidak hanya ditularkan melalui hubungan seksual berisiko, tetapi juga melalui penggunaan jarum suntik narkoba dan penularan dari ibu hamil ke bayi,” ungkapnya

Lebih lanjut, Aiwa menerangkan bahwa dari 88 kasus tersebut, 26 orang memiliki KTP luar Kabupaten Lahat, dan 2 lainnya tidak diketahui alamatnya. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi petugas kesehatan dalam melakukan pendampingan dan pemantauan pasien.

“Seringkali pasien yang berobat bukan berdomisili di Lahat. Ada juga yang datang hanya sekali lalu menghilang, sehingga menyulitkan kami dalam melakukan tindak lanjut dan pendampingan pengobatan,” imbuhnya.

Untuk mendukung perawatan dan pengobatan, Dinas Kesehatan Lahat telah menyiapkan sejumlah fasilitas layanan kesehatan diantaranya di RSUD Lahat, RS DKT, Puskesmas Merapi II, Puskesmas Perumnas, Puskesmas Saung Naga dan Puskesmas Tanjung Sakti Pumi.

Fasilitas tersebut telah dilengkapi layanan PDP (Perawatan, Dukungan, dan Pengobatan) bagi penderita HIV/AIDS.

Dinkes berharap masyarakat dapat lebih sadar terhadap pentingnya pencegahan dan deteksi dini, serta tidak menstigma penderita HIV yang membutuhkan dukungan.

“HIV memang belum bisa disembuhkan, tapi bisa dikendalikan dengan pengobatan rutin. Masyarakat harus sadar pentingnya menjaga diri, tidak melakukan perilaku berisiko, dan tidak memberikan stigma terhadap penderita,” pungkas Aiwa.*** (D4F)

Bagikan Berita :

Populer