Pemerintah

Dinkes Lahat Ungkap Tersisa Satu Penderita Stunting

Published

on

Herlan Nudin –

LAHAT SUMSEL, MLCI – Jumlah kasus stunting di Desa Ulak Lebar, Kecamatan Kota Lahat tercatat ada 17 balita. Berkat kerja keras dan koordinasi, kini hanya terisa satu anak saja.

Hal itu terungkap berdasarkan data Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Lahat pada awal Februari 2020 silam dan kini bersisa satu penderita Stunting.

Kepala Desa Ulak Lebar Evi Fitrianti mengatakan, hal itu berdasarkan pendataan kader di lapangan. Hingga di akhir tahun, tinggal satu anak lagi yang menunjukkan peran kader untuk melakukan pencegahan cukup cekatan.

“Bidan dan kader ikut turun memberikan susu. Dan di 2021 selesai tidak ada terkena stunting, ibu hamil agar memperhatikan asupan gizi cukup,” sambungnya, Rabu (20/1/2021).

Kades meminta para kader untuk terus melakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang pentingnya asupan gizi. Hal ini bertujuan agar anak-anak lebih sehat dan tidak mengalami hal-hal tidak inginkan terjadi.

“Baik kader, bidan dan perangkat desa, agar saling mengingatkan, untuk mengikuti serta memahami materi disampaikan,” kata Evi.

Sementara itu, Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinkes Lahat Hj Agustia Ningsih menjelaskan, Desa Ulak Lebar merupakan salah satu dari 11 lokus stunting yang ada di kabupaten itu. Pihaknya mengapresiasi kinerja camat dan kades setempat dalam menurunkan angka stunting.

“Artinya, itu merupakan keberhasilan bagi Desa Ulak Lebar. Bimbingan dan bantuan semua pihak, adanya kerjasama semua pihak, agar mewujudkan sehingga tidak ada lagi kasus stunting,” urainya.

Hj Agustia menuturkan, salah satu upaya adanya kegiatan komunikasi perubahan perilaku, kasus ini bisa diatasi untuk mau mengubah kekurangan. Selain itu, hidup bersih kurang, ibu hamil digigit nyamuk malaria akan menyebabkan anemia, otomatis anak yang di kandung mengalami kekurangan gizi

“Tujuan ini, supaya penyebab stunting salah satu prilaku yang belum dimengerti. Remaja putri harus ditambah pil tambah darah ketika hamil keduanya sehat,” urainya.

“Pada saat hamil jarang diperiksa ke faskes, harus rutin memeriksanya setiap bulan agar mengetahui kondisinya, asupan gizi diperhatikan terkhusus anak-anak atau balita dan ibu hamil,” sambung dia.

Kebiasaan yang harus berubah, pemberian ASI eksklusif mulai bayi lahir hingga dua tahun, istirahat cukup, melahirkan di faskes terdekat, bayi lahir diberikan imunisasi dan ASI selama enam bulan.

“Termasuk tinggi badan anak tidak sesuai dengan usianya, berat badan tidak normal, pertumbuhan agak lambat jika dibandingkan anak normal,” tutupnya.***

Bagikan Berita :

Populer