Connect with us

Opini

HIJRAH ADALAH SEBUAH PILIHAN SECARA SOSIAL DAN POLITIK

Published

on

Oleh: Hefra Lahaldi

Hijrah adalah sebuah pilihan sejarah secara sosial dan politik bagi kaum muslimin.

Ketika  memahami konteks hijrah. Maka, peristiwa tersebut mengajarkan kepada kita tentang sebuah transformasi yang tidak boleh berhenti dalam kehidupan..

Ya,.  Ketika Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wa sallam dengan sabdanya “Tidak ada lagi hijrah setelah peristiwa Fathuh Mekkah” bagi kaum muslimin pada masa penuh kemenangan itu.

Dari sabda ini, sebuah pesan hikmah yang ingin diambil adalah bahwa setelah proses hijrah akan terbit sejarah kemenangan. Kemenangan yang begitu besar.

Kemenangan setelah hijrah memiliki syarat pendukung. Proses ini penuh dengan determinasi sebagai syarat utama. Serta peran dan partisipasi kolektif dari masing-masing individu kaum muslimin membangkitkan semangat bersama untuk mewujudkan cita-cita dan asa.

Langkah-langkah kaki mereka bukan langkah kaki kekalahan, justru setiap setapaknya adalah menyusun tapak-tapak baru peradaban..

Negara Madinah setelah terjadi proses Hijrah adalah sebuah shifting besar-besaran arah kehidupan kaum muslimin dan memberi kejutan besar bagi peradaban dunia. Tentu saja salah satunya adalah peristiwa Fathuh Mekkah..

Peran kepemimpinan begitu kentara dalam suksesnya proses hijrah kaum muslimin. Merumuskan dan mengarahkan strategi pra dan pasca Hijrah adalah kunci kemenangan nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi Wa Sallam..

Salah satunya adalah bagaimana Rasulullah mampu menyelesaikan persoalan primordial yang terjadi di Madinah dengan langkah Muakhkhah (mempersaudarakan) kaum muslimin. Tidak ada lagi kesukuan yang membabi buta disana.

Jauh setelah proses Hijrah, generasi kepemimpinan berikutnya mengambil ruh peristiwa hijrah untuk menentukan kedisiplinan administratif bagi negara/pemerintahan kaum muslimin. Ruh itu adalah ruh kemenangan. Dan pada periodesasi Umar bin Khattab lah riuh kemenangan kaum muslimin dimulai.

Oleh itu, peran kepemimpinan adalah memberi arah dan jalan bagi masyarakat untuk melakukan shifting tadi. Setiap individu masyarakat mesti memahami bahwa awal tahun baru Islam ini adalah langkah awal untuk memperbaiki keshalihan pribadi.

Masa pandemi ini adalah salah satu determinasi yang harus dilewati. Sebagaimana hijrah periode awal kaum muslimin, partisipasi kolektifitas kita dengan ruh kebaikan.

Momen Hijriyah ini kita belajar untuk menghapus sekat-sekat dan tarik menarik dalam kehidupan sosial. Kohesi sosial kehidupan inilah sesungguhnya yang menjadi modal kekuatan politik besar sekaligus penting khususnya ummat Islam dan umumnya masyarakat kita kedepan untuk memperbaiki arah bangsa.

Indonesia saat ini tentu saja tidak seperti Madinah periode dulu yang bersekat dalam tradisi kabilah-kabilah. Tapi, bisa jadi kita bersekat dalam kondisi sosial, ekonomi dan polarisasi pilihan politik yang tidak ada ujung selesainya. Untuk itu. Momen Hijriyah ini adalah waktu yang tepat untuk berupaya menghilangkan sekat-sekat tersebut dengan semangat kebersamaan dalam mewujudkan cita-cita bersama, beragama dan berbangsa negara.

Selamat tahun baru Hijriyah 1443 H.

Ekonomi tumbuh, Indonesia tangguh..

Sekat sosial runtuh, Indonesia teguh..

Peran politik maju,

Indonesia bersatu..

Bagikan Berita :
Continue Reading

Opini

Pengaruh Media Sosial dalam Mendongkrak Suara Pemilu

Published

on

Oleh : Ario Kesuma Wijaya, S.Kom

ERA revolusi industri 4.0 seperti sekarang ini, memungkinkan semua akses informasi dapat dikonsumsi masyarakat luas. Salah satunya melalui keterbukaan media sosial (medsos) yang memberikan ruang bagi semua orang untuk mengakses informasi. Dengan kata lain, keberadaan medsos membantu penggunanya untuk terhubung antara satu dengan yang lain

Bahkan penggunaan medsos tak hanya dimanfaatkan untuk kegiatan marketing barang dan jasa. Namun sudah mulai digunakan politisi dan kandidat yang diusung partai politik (parpol) sebagai alat politik. Ya, berpolitik melalui media sosial mulai menjadi wadah bagi para politisi untuk melakukan marketing dan komunikasi politik dengan masyarakat pemilih.

Karena itu, keterbukaan informasi dan akses melalui media sosial haruslah dapat dimanfaatkan dengan baik oleh kader, fungsionaris partai politik dan politisi. Diantaranya dengan memberikan informasi mengenai visi, misi dan program kerja. Bahkan prestasi-prestasi yang pernah dicapai sehingga masyarakat pemilih dapat menentukan pilihan sesuai dengan harapan.

Kondisi ini menunjukkan bahwa media sosial memiliki pengaruh penting dalam semua lini kehidupan masyarakat, tak terkecuali bidang politik. Bahkan dampaknya berimbas secara keseluruhan, mulai dari partai politik, pemilihan umum (pemilu), positioning partai politik dan para politisi, marketing politik, kampanye politik, komunikasi politik hingga pencitraan. Makanya para politisi harus memberikan literasi politik digital yang baik dan sehat.

Meski begitu, keberadaan medsos seperti facebook, instagram dan medsos lainnya tidaklah menjadi efektif sebagai wadah mendulang suara pemilu terutama ditingkatkan kabupaten/kota. Alasannya, peserta pemilu sulit mendeteksi para netizan dengan daerah pemilihan (dapil) yang sama dan benar-benar memiliki hak suara di dapil itu.

Untuk itu, para politisi lokal kabupaten/kota yang akan berkontestasi dalam pemilu, tidak bisa mengandalkan dunia sosial sebagai wadah satu satunya untuk mendulang suara. Medsos hanya membantu meningkatkan popularitas para kandidat peserta pemilu. Calon pemilih akan lebih yakin apabila sudah bertatap muka langsung dengan calon yang akan dipilihnya. Jadi, bukan seperti membeli kucing di dalam karung.

Merujuk dari beberapa kali Pemilu, medsos hanya menjadi sarana promosi yang sifatnya menawarkan serta memberikan gambaran global parpol dan penyelengara yang sifatnya sebatas pemberitahunan. Perlu dilakukan studi ataupun survei untuk menentukan seberapa signifikan peran medsos dalam mendulang suara pemilu, Kecuali dalam pemilihan presiden dan kompetisi perebutan kursi parlemen di Senayan, dirasa dapat memberikan kontribusi dalam mendongkrak suara.

Eksistensi medsos mungkin efektif dijadikan tolak ukur untuk mengetahui tingkat ketertarikan publik, terutama terhadap parpol yang akan dijadikan perahu. Medsos juga bisa menjadi referensi bagi kandidat dalam mengukur pengaruh politiknya sambil menawarkan proram maupun visi-misi.

Tidak dapat dipungkiri, media sosial merupakan media satu satunya saat ini sebagai sarana yang praktis dan murah dan cepat untuk memperkenalkan diri. Namun untuk lebih meningkatkan kepercayaan serta kenyakinan netizen, masih butuh kerja keras di akar rumput. Mendulang suara bukan hanya sebatas tahu atau kenal.

Persaingan ketat antar calon maupun parpol yang juga sama-sama menggunakan medsos untuk promosi diri, menghadirkan tantangan serta perjuangan tersendiri. Khususnya persaingan dalam menyakinkan masyarakat pemilih saat hari H pemilihan. Apalagi pemilih bakal makin teliti dan kritis dalam menilai calon pemimpin yang akan dipilihnya.

Pemilu serentak kali ini bakal dihelat 14 Februari 2024, dirangkai dengan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) pada 27 November tahun yang sama. Memungkinkan adanya kedekatan dan keterkaitan secara langsung antara pemilih dan para calon. Pemilih mungkin akan memilih calon yang ideal, mengenal dan dikenalnya. Hal ini membuat suhu politik kali lebih memanas dari pada saat pemilu atau pemilihan yang lain.

Dengan keterbukaan publik di dunia nyata maupun media sosial, membantu calon pemilih dalam mempertimbangkan dan menentukan pilihannya. Masyarakat lebih mudah melihat track record atau rekam jejak calon pemimpin. Dengan begitu, memperbesar peluang lahirnya pemimpin yang memang mumpuni. Yakni pemimpin yang siap mengabdi 24 jam demi kepentingan rakyatnya. pemimpin yang lebih mendahulukan kepentingan rakyatnya dibandingkan dengan kepentingan pribadi atau golongannya. Pemimipin yang tidak ambisius terhadap harta benda. Pemimpin yang religius, tidak korupsi, kolusi dan nepotisme Pemimpin yang berani mengambil resiko apapun demi rakyatnya. (***)

(*) Penulis adalah Ketua Bidang IT Cyber PWI Kota Lubuklinggau yang juga menjabat Sekretaris PA GMNI Musi Rawas.

Bagikan Berita :
Continue Reading

Opini

Keutamaan Membaca al-Quran yang Jarang Disebut

Published

on

Keutamaan Membaca al-Quran yang Jarang Disebut*
Oleh: Ust. Windo

Pertama kali mendengar hadits ini, dari guru al-Quran ketika di pondok dulu. Beliau menyemangati para santri khusus penghafal Quran, bahwa apa yang dilakukan saat itu adalah keistimewaan.

Saat santri kebanyakan diberikan kebebasan memilih dan mengikuti kegiatan ekstrakurikuler yang pelbagai, para santri penghafal Quran, selain akademik jam formal, waktu lainnya full untuk interaksi dengan al-Quran demi mencapai target yang diingini.

Subuh, setoran hafalan terbaru, Ashar murajaah lima halaman terakhir yang dihafal, Maghrib murajaah setengah juz secara berurut tiap hari sesuai jumlah hafalan yang dimiliki. Waktu-waktu antara itu untuk mempersiapkan setoran di tiga waktu shalat tersebut.

Karena itu, guru kami yang hafiz mutqin bersanad itu, selalu menyemangati. Saya teringat persis ucapan Beliau saat itu: _“Anak-anakku, kesibukan kalian bersama al-Quran adalah kesibukan penuh berkah, sampai kalian lupa berdoa pun tidak jadi masalah. Dengan berkah al-Quran, niscaya kalian akan diberikan lebih dari apa yang Allah berikan kepada orang-orang yang berdoa.”_

Inilah keberkahan al-Quran yang jarang disinggung, karena itu momentum hari-hari akhir Ramadan ini adalah momen terbaik untuk mengejar target-target interaksi kita bersama al-Quran yang belum tuntas. Berazamlah menjadikan al-Quran sebagai hiasan diri sembari berdoa, semoga dibulan-bulan berikutnya setelah Ramadan, al-Quran adalah teman sejati yang menemani perjalanan kehidupan kita.

Masjid Baiti Jannati
Cluster Alexandria, Jakabaring.

Bagikan Berita :
Continue Reading

Opini

Menikmati Jamuan Allah di 10 Hari Terakhir Ramadan

Published

on

*Menikmati Jamuan Allah di 10 Hari Terakhir Ramadan*
Oleh: Ust. Windo

Terhitung malam ini, malam ke-21 Ramadan 1444 H. bermula hitungan 10 hari yang akhir dari Ramadan. Rangkaian hari yang bukan biasa-biasa saja, tapi justeru inilah puncak rangkaian ibadah Ramadan.

Ummul Mukminin, Sayyidah Aisyah menceritakan bagaimana Nabi di 10 hari akhir Ramadan. Kata Beliau: _“Nabi kalau masuk 10 hari akhir Ramadan, beliau mengencangkan tali ikat pinggangnya, menghidupkan malamnya dan membangunkan keluarganya.”_

Diantara makna mengencangkan ikat pinggang ini; mengurangi makan dan minum, dan mengurangi intensitas hubungan suami istri. Dilihat dari tujuannya, konteks kekinian dapat juga dimasukkan mengurangi keaktifan bersama HP. Semua ini dilakukan, agar bisa fokus menghidupkan malam-malam yang akhir dari Ramadan.

Tiga gambaran Aisyah tentang Nabi ini akhirnya terangkumi dalam satu sunnah Nabi yang beliau dawamkan tiap Ramadan, yaitu beri’tikaf. Seruan yang sifatnya sama, baik kepada lelaki maupun perempuan. Bahkan Nabi di Ramadan terakhir Beliau beri’tikaf selama 20 hari.

Lebih utama lagi, 10 hari yang akhir Ramadan, ditengarai salah satu malamnya bakal menjadi malam yang Allah tetapkan sebagai _lailatul qadr_. Malam yang Allah sebut nilai (ibadahnya) lebih baik dari seribu bulan.

Inilah jamuan Allah di hari-hari yang akhir Ramadan. Semoga Allah tolong kita semua, agar mudah mempersembahkan ibadah terbaik kepada-Nya. _Wallahul Musta’an._[]

20 Ramadan, Ashar.
Jelang buka bersama BSI Region 3 Palembang

Bagikan Berita :
Continue Reading

Populer

error: Content is protected !!